Persahabatan: Investasi sosial yang tak ternilai
Pergaulan adalah cermin. Jika bayangan yang kita lihat mulai memudar, barangkali bukan cerminnya yang buram, melainkan kita yang terlalu lama membiarkan debu kesombongan menempel. Orang yang tak mampu mencari teman, sesungguhnya sedang menggali liang kesendiriannya sendiri. Dan yang lebih menyedihkan, mereka yang kehilangan teman karena kejahatannya, sejatinya telah menggali kubur bagi kepercayaan yang pernah diberikan kepadanya. Rasulullah ﷺ bersabda:
أَضْعَفُ النَّاسِ مَنْ ضَعُفَ عَنْ كَسْبِ الإِخْوَانِ، وَأَضْعَفُ مِنْ ذَلِكَ مَنْ ضَيَّعَ مَنْ ظَفِرَ بِهِمْ
“Orang yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari teman, dan yang lebih lemah lagi adalah orang yang kehilangan teman karena kejahatannya.” (HR. Al-Hakim).
Bukankah persaudaraan itu nikmat yang mesti dijaga? Allah SWT berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali Imran: 103). Tapi apa yang terjadi ketika seseorang lebih memilih ego dibanding kebersamaan? Perlahan-lahan, satu per satu tangan yang dulu bersedia menggenggam, kini enggan terulur. Kepercayaan yang dulu hangat, berubah menjadi tatapan dingin penuh kehati-hatian. Dan pada akhirnya, ia menemukan dirinya sendirian bukan karena tak ada yang ingin mendekat, tetapi karena terlalu banyak yang tersakiti hingga tak mau kembali.
“Orang yang tidak mampu mencari teman adalah lemah, namun lebih lemah lagi orang yang kehilangan teman karena kejahatannya.”